Arsitek dimanapun dia berada selalu menghadapi suatu tantangan untuk menciptakan suatu ruang dan atmosfer dalam ruang tersebut agar sang penghuni merasa nyaman. Ruang ini sendiri dapat diciptakan dengan cara sesederhana mungkin atau dengan cara serumit mungkin, tetapi tidak begitu halnya dengan atmosfer dalam ruang tersebut. Atmosfer yang tercipta ini dapat membuat penghuni merasa nyaman atau tertekan jika tidak direncanakan dengan baik. Tugas arsitek adalah membuat/mengorganisasi tata letak ruang yang mampu memberikan suatu kesan tertentu saat berada di dalamnya. Salah satu contohnya adalah tempat ibadah, dimana setiap umat yang datang dibawa pada suatu pengalaman religius. Pengalaman religius ini mampu mempengaruhi perasaan khusyuk seseorang, dimana terekspresikan lewat perilaku saat ia beribadah. Dari sudut pandang ini, maka seorang arsitek dituntut untuk memahami dan mengeksplorasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pengalaman yang sangat mempengaruhi manusia tersebut. Penelitian ini menggunakan studi kasus Gereja St. Helena dengan metode analisis eksperimen dan questionaire sebagai alat ukurnya. Sample yang digunakan adalah 20 orang dengan sepuluh laki-laki dan sepuluh perempuan. Hal yang didapatkan dari penelitian ini adalah didapatkannya kesimpulan mengenai bagaimana standard sebuah ruang sakral.