Isu puncak bonus demografi yang akan mempengaruhi peningkatan penduduk lansia di Indonesia (umur 60<) mencapai angka 81 juta jiwa pada 2050, patut menjadi perhatian untuk menghindari fenomena “kodokushi” seperti di Jepang. “Kodokushi” ini adalah fenomena yang disebabkan oleh banyaknya lansia di Jepang yang meninggal sendirian di kamar apartemennya dan baru diketahui beberapa hari setelah kematiannya. Beberapa kasus yang serupa sudah ditemukan di Indonesia, namun kuantitasnya masih belum sebanyak Jepang. Dengan demikian keadaan lansia pada saat ini maupun di masa depan harus tetap diperhatikan. Lansia membutuhkan 4 aspek yang harus dipenuhi pada kehidupan sehari-harinya, yaitu: aspek biologis, psikis, sosial, dan ekonomi. Tetapi dalam perancangan tempat tinggal bagi lansia, aspek psikologis dan sosial sering diabaikan. Di mana perancangan program ruang dan bentuk fisik bangunan tidak mendukung kebutuhan psikologis dan sosial lansia. Riset ini ditujukan sebagai penerapan teori social changes dalam perancangan elderly housing sebagai strategi dalam menangani permasalahan kualitas hidup lansia dari segi aspek psikologis dan sosial. Dengan demikian penerapan teori social changes akan membantu dalam pembentukan program ruang dan desain pada Elderly Housing sebagai tempat tinggal untuk lansia yang memperhatikan kebutuhan secara spasial dan programatik. Perancangan ini didasari dari strategi desain yang memenuhi 4 aspek yang dibutuhkan dalam hidup lansia. Dengan adanya aspek-aspek yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup lansia, hanya dua yang dapat ter-aplikasikan dalam perancangan arsitektural, di mana aspek psikologis dan sosial dapat diterapkan pada konsep, desain program ruang maupun desain secara spasial.