Di era Covid-19 pemakaian internet semakin lama semakin bertambah, semua kegiatan edukasi juga dilakukan via online. Tidak jarang pemakaian internet yang awalnya digunakan hanya untuk kegiatan edukasi saja semakin lama menjadi kegiatan pemuas diri dan dapat menyebabkan kecanduan. Kecanduan bermain internet pada anak dapat berakibat fatal pada mental mereka, dimana pada beberapa kasus yang berat anak-anak yang mengidap IAD harus dikirimkan ke rumah sakit jiwa. Di Indonesia belum ada fasilitas terapi yang dikhususkan untuk remaja dengan IAD (Internet Addiction Disorder), oleh karena itu sebuah fasilitas terapi dengan penerapan healing environment dapat menjadi salah satu pendekatan untuk remaja dengan IAD. Dimana Healing environment diharapkan untuk bekerja dalam mempercepat proses penyembuhan pasien dalam kegiatan terapi atau pengobatan remaja. Perancangan ini bertujuan untuk merancang fasilitas terapi remaja yang mengidap IAD dengan kriteria-kriteria dari healing environment. Metode kajian literatur digunakan untuk memperoleh prinsip-prinsip healing environment, dimana prinsip-prinsip tersebut kemudian akan diaplikasikan ke dalam perancangan. Selanjutnya dilakukan metode survey dan wawancara untuk menemukan preferensi ruang terapi dari suspect IAD, hasil dari metode survey digunakan untuk mematangkan strategi desain. Dalam perkembangan desain ditentukan tapak yang memenuhi kriteria dari parameter healing environment dan selain dari tapak, bentuk dari rancangan fasilitas terapi itu juga haruslah menerapkan prinsip healing environment. Kemudian ditemukan bahwa sirkulasi user dan konektivitas jugalah penting, oleh karena itu pola sektor dan sirkular digunakan dikarenakan konektivitasnya yang sangat optimal. / In Covid-19 era, the usage of internet gradually got increased, all academically activities been doing via online. In fact, the youngest internet user in 2018 was at the age of 5 years, not infrequently the use of internet which at first only used by juvenile or kid for academically uses gradually become a self-satisfied activity and they can be at the risk of becoming addicted. The addiction of internet can be fatal for their mental health, where in some serious cases, the juvenile even must be taken to the psychiatric hospital. In Indonesia itself the therapy facility for juvenile who suffer from IAD (Internet Addiction Disorder) is still unavailable, therefore the therapy facility with healing environment application will be one of the suitable approach for the children. Where the healing environment is expected to able to support and accelerate their healing process. The aim for this study is to obtain the criterias from healing environment, which will be used and adapted into the therapy facility design study for juvenile who suffer from IAD. Literature method is used to obtain the principles of healing environment, where the principles will be applied on the design. Then the writer uses survey and interview methods to find the therapy room’s preferences from the suspected IAD sufferer, the preferences will be used to complete the design strategy. In the development of the design, it is important that the site meets the criteria of the healing environment parameter, and apart from the site, the form of the design of the therapy facility must also apply the principle of healing environment. Then the writer founds that user circulation and connectivity are also important, therefore sector and circular patterns are used due to their very optimal connectivity.