Kawasan Taman Daun Jati Hijau di wilayah Bencongan yang sering disebut dengan Taman Aiam Kate tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi, tempat bermain, penyuluhan, serta memberikan solusi bank sampah. Dengan rencana pemerintahan daerah memperluas taman ini maka Taman tersebut dapat berperan sebagai ruang publik yang mampu mengakomodasi berbagai usia sebagai taman lingkungan inklusif yang ramah untuk dikunjungi. Untuk itu diperlukan suatu rancangan ruang publik dan taman lingkungan yang memperhatikan kebutuhan beragam usia sehingga taman tersebut dapat memikat banyak pengunjung. Perancangan ruang publik dan taman lingkungan inklusif pada situs Bencongan, Tangerang, menggunakan pendekatan elemen struktural, elemen non-struktural, dan aksesibilitas dengan konsep mendekatkan bangunan dengan existing vegetasi agar jati diri situs Bencongan tidak berubah. Ketersediaan elemen dijadikan pendukung aktivitas pengguna dengan menggunakan existing elemen alam yaitu vegetasi sebagai strategi shading and sunlight, elemen sensorik bagi anak-anak, dan tempat berteduh bagi remaja dan orang tua untuk meningkatkan kenyamanan dalam ruang publik dan meningkatkan aktivitas pasif dan aktif. Proses eksplorasi dilakukan melalui bentuk elemen struktural maupun non-struktural terkoneksi dengan existing vegetasi pada situs Bencongan dengan penerapan elemen shading and sunlight dan multi-sensory untuk menciptakan aktivitas dari berbagai rentang usia. / Taman Daun Jati Hijau area in the Bencongan area which is called Taman Aiam Kate, is a public space suitable for playing ground, social gatherings, and educational activities. By considering the local government’s plan to expand this park, the park can act as a public space that is able to accommodate various ages as an inclusive environmental park that is visitor friendly. For this reason, it is necessary to design public spaces and environmental parks that take into the needs of various ages so that these parks can attract many visitors. The design of the public space and inclusive environmental park in the Bencongan area, Tangerang, utilizes a combination of structural and non-structural elements, and accessibility, with the concept of integrating the buildings with the existing vegetation to maintain the identity of the Bencongan area. The availability of elements are used to support user activities by using the existing elements of nature, namely vegetation as a shading and sunlight strategy, sensory elements for children, and shelter for teenagers to increase comfort in public spaces and increase passive and active activities. The exploration process is carried out through the integration of structutal and non-structural elements connected to the existing vegetation at the Bencongan area, with the shading and sunlight elements and multi-sensory features to create activities suitable for various age groups.