Dewasa ini pembangunan lebih terfokus pada bagian dalam (interior) bangunan. Ruang-ruang di bagian luar yang menjadi penghubung antar bangunan kurang diperhatikan. Akibatnya, bangunan satu dengan lainnya cenderung tidak terintegrasi, yang menyebabkan terbatasnya mobilitas pengunjung dan tirnbulnya ruang-ruang yang mati. Ruang-ruang antar bangunan dalam arsitektur dikenal dengan sebutan ruang transisi (threshold space) yang dalam lingkup perkotaan disebut urban threshold, yang berfungsi sebagai penghubung bagian dalam dan luar bangunan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aspek yang berpengaruh pada penciptaan ruang transisi yang terintegrasi, untuk menciptakan kawasan yang aktif (vibrant). Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi literature, studi preseden dan observasi lapangan yang akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan strategi pada tahap perancangan. Kasus studi yang dipakai dalam penelitian ini adalah sisi selatan area komersial Lippo Village, yang dipilih karena merupakan ruang transisi, serta terdiri dari ruang-ruang transisi yang tidak terintegrasi. Hasil Penelitian ini berupa perancangan ruang transisi pada sisi selatan area komersial Lippo Village yang menerapkan aspek-aspek dari hasil kesimpulan studi literatur dan studi preseden. Penerapan teori tersebut memaksimalkan fungsi ruang transisi sebagai ruang penghubung, untuk menciptakan sebuah kawasan yang aktif (vibrant).